Dua Antologi Tentang Lingkungan Hidup

10301119_10203152244758967_8355308451690590120_n

Namanya memang #Antologi Teenlit Asyik Cinta Lingkungan, lahir dari lomba yang diprakarsai oleh Bunda Erina (CK Writing) untuk menyambut hari lingkungan hidup. Itu sebabnya kedua buku ini mengusung satu point kampanye tentang lingkungan yaitu #CeKersGoGreen dengan judul buku #KekasihYangTakut Cacing dan #TemukanWarnaHjau yang diterbitkan oleh #ElexMedia awal Juni lalu.

Tampilannya remaja banget kan? Lalu isinya? Jangan salah! Meskipun ini Antologi Teenlit, isinya bukan melulu tentang kisah-kisah cinta anak ingusan atau sebangsanya. Justeru cerpen-cerpen di dalamnya sangat kaya akan motivasi dan spirit yang bisa disemai dan dituai dalam kehidupan sehari-hari remaja kita pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Kekasih Yang Takut Cacing

‘Ini dia penulis-penulis hijau!
Bukan, penulis-penulis dalam buku ini bukan mereka yang masih hijau dan tak tahu apa-apa. Justeru, kami adalah sosok yang peduli dengan lingkungan sekitarnya dan menolak perusakan alam.
Mereka mencurahkan kecintaannya dan berbagi melalui kisah inspiratif dan inovatif. Dan penulis remaja tak selamanya melulu berkisah asmara. Buku ini telah membuktikannya.
Penulis hijau, penulis yang cinta dan peduli pada lingkungan…’

Itulah kutipan di cover belakang ke dua buku tersebut. Bukan hanya isapan jempol semata tentu saja. Karena memang cerpen-cerpen di dalam kedua antologi tersebut banyak berkisah tentang kepedulian, kecemasan, keresahan dan banyak hal yang berkaitan dengan lingkungan. Cerpen-cerpen yang merupakan karya terbaik peserta ajang #Antologi Teenlit Asyik Cinta Lingkungan itu, secara garis besar menyuarakan kegelisahan penulis-penulis muda terhadap kondisi bumi yang memprihatinkan, sekaligus mengajak pembaca turut andil dalam menyelamatkan lingkungan.

Aku sendiri, ketika mengikuti ajang ini, pada awalnya terinspirasi oleh satu komunitas peduli lingkungan di Yogyakarta. Saat itu kami (beberapa teman relawan Museum Anak Kolong Tangga) mengikuti acara Volunteering Day yang diikuti beberapa komunitas yang dimotori oleh anak-anak muda, dari komunitas hobi hingga bisnis dan layanan masyarakat nir laba. Hanya ada satu komunitas yang aku anggap ‘neleneh’ di sana, yaitu (kalau nggak salah) Koalisi Pemuda Hijau (KOPHI). Dari hasil iseng-iseng ngobrol dengan salah satu pengurusnya, aku menangkap bahwa kepedulian masyarakat (bukan hanya anak muda) terhadap lingkungan sangat rendah. Hal ini terbukti, salah satunya dari cara mereka menjaga kebersihan rumah, jalan, pasar dan lain-lain. Lalu aku berpikir, haruskah kita menjadi bagian dari masyarakat yang tak punya kesadaran itu?

Pertanyaan di atas tadi, mengingatkanku pada suatu kejadian di suatu waktu, ketika aku menegur seseorang yang membuang sampah bekas makanan ke jalan raya dari jendela mobil mewahnya. Orang tersebut bukannya menyadari kekeliruannya, tetapi justeru memaki dan bertanya dengan mimik mengejek “memang kamu siapa?” Bisa jadi, orang tersebut bukan tak sadar dengan kekeliruannya, hanya saja dia malu dan gengsi mengakuinya. Inilah yang kemudian menginspirasi cerpenku dengan judul ‘Naksir? Temui Aku di Kophiy!’

Berikut cuplikan di pembukanya:
“Turun!” tegur cewek itu setengah berteriak mengimbangi suara derum mesin.
“Apaan? Gue nggak dengar!” kilah Zad cuek.
“Turun!” Cewek itu mengulang dan menaikkan nada suaranya beberapa oktaf. “Ambil botol itu!” Matanya yang jernih tertuju pada botol minuman yang tergeletak begitu saja di lantai. Lalu tatapannya tertuju pada tong sampah di ujung gang, jaraknya sekitar enam meter dari tempat mereka. “Itu ada tong sampah. Aku yakin kamu bukan anak kecil yang harus dituntun menuju ke sana…”
“What?!” Zad tak percaya. Matanya membuka semakin lebar. Jantungnya berdetak lebih kencang, membuat dadanya terasa sesak. Jujur, ia tersinggung dengan teguran cewek itu. Selama ini belum ada satu orang pun–apalagi seorang cewek asing–yang berani menegur kebiasaannya. Ia ingin protes dan membalas. Namun mata cewek itu terus mengawasinya, membuatnya tak berkutik.
Meski dalam hatinya bersungut, tanpa kata, Zad memungut dan memasukkan botol minumannya ke dalam tong sampah. “Dasar cewek aneh!” bisiknya dalam hati.
“Terima kasih,” ucap cewek itu ketika Zad kembali duduk di atas motornya. Senyumnya mengembang sempurna, membuat Zad salah tingkah.
Zad tak ingin merespon. Namun, ketika rasa panas menjalari wajahnya, sekali lagi matanya menyusuri wajah cewek itu. Zad sangat ingin melontarkan kata cacian atau apapun yang bisa membuat cewek itu diam dan merasa jera. Tetapi, semua kata yang telah ia siapkan, kembali tertelan dan lenyap di kerongkongannya.
“Kenapa lihatin aku kayak gitu?” Cewek itu merapat ke sisi motor Zad, membuat Zad semakin salah tingkah. “Naksir? Temui aku di kophiy!”
Zad menyeringai kaku dan aneh. “You’re really weird!” sergahnya dongkol. Sekali hentakkan gas, ia melesat meninggalkan cewek itu di sana.

Temukan Warna Hijau

Lantas, apa yang akan terjadi selanjutnya?
Kalian bisa menemukan cerita unik jika membacanya. Karena bukan hanya itu saja, masih ada cerita lainnya yang tak bisa dilewatkan begitu saja, misalnya tentang cewek yang ngambek sama pacarnya karena diberi hadiah pot bunga dan ada cacing di dalamnya, membuat mereka bertengkar. Putuskah mereka? Temukan jawabannya dalam ‘Kekasih Yang Takut Cacing’ Atau ada lagi cerita tentang cewek organik yang ‘keracunan’ makanan gara-gara pembantunya menyuguhkan makanan non-organik. Dan kisah-kisah menarik lainnya yang akan membuat kalian terhenyak, tertegun dan menyadari kekeliruan yang telah kalian lakukan selama ini.

Dengan membaca buku ini, sekaligus kalian juga akan belajar banyak tentang gaya kepenulisan yang selama ini diinginkan oleh Bunda Reni dan CK Writer. Mengapa? Karena kita tahu, kedua buku ini tentu saja bukan antologi terakhir bersma Buda Erin dan CK Writer Studies-nya, tetapi akan ada antologi-antologi berikutnya dengan tema yang berbeda.
Nah, tunggu apa lagi? Dapatkan kedua buku ini sekarang juga!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *